Sejarah Perkembangan Kesehatan
Mental
Sejarah yang
tercatat melaporkan berbagai macam interpretasi mengenai penyakit mental dan
cara-cara menguranginya.Dan kali ini,saya akan membahas sejarah singkat
perkembangan kesehatan mental, mulai dari zaman prasejarah,peradaban-peradaban
awal,abad pertengahan,zaman renaisans,abad XVII-Abad XX dan psikiatri.
Ø Zaman Prasejarah
Manusia
purba sering mengalami gangguan gangguan baik mental maupun fisik,tetapi manusia
purba benar-benar berusaha mengatai penyakit mental.Ia memandang dan merawatnya
sama halnya dengan penyakit fisik lainnya.Baginya gigi yang sakit dan seorang
yang gila disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh
jahat,halilintar,atau mantera musuh.Jadi untuk penyakit mental atau fisik
digunakan perawatan seperti menggosok,menjilat,mengisap,memotong dan
membalut.Tapi sungguh menggembirakan karena para pasien penyakit mental
diperlakukan secara manusiawi.
Ø Peradaban-peradaban awal
Dalam
peradaban awal di Mesopotamia,Mesir,Yahudi,India,Cina dan benua Amerika,imam
imam dan tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental.Sepanjang zaman
kuno (dari 5000 tahun SM sampai 500 M)penyakit mental menjadi hal yang umum.Di
Babilonia dan Mesopotamia,penyakit mental dihubungkan dengan setan dan
pengobatannya dilakukan dengan upacara agama dan upacara magis supaya setan
keluar dari tubuh pasien.Di Mesir dikembangkan terapi untuk pasien berupa
rekreasi dan pekerjaan,serta diterapkan semacam psikoterapiyang serupa dengan
beberapa pendekatan modern untuk mengobati penyakit mental..Di Yahudi orang
mengartikan penyakit mental sebagai hukuman dan pengobatannya hanyalah dengan
cara bertobat pada-Nya.Namun lain hal nya dengan Persia, disana setan-setan
dipersalahkan karena menyebabkan penyakit-penyakit mental dan segala penyakit
lain.Di Cina,orang-orang memandang bahwa gangguan mental dilihat sebagai
penyakit dan dianggap sebagai gangguan proses alam atau ketidakseimbangan
antara Yin dan Yang.Sedangkan masyarakat di Afrika berpendapat bahwa
gangguan-gangguan fisik dan mental disebabkan oleh musuh,roh jahat atau oleh
nenek moyang yang marah.Dan di Yunani, para pasien sakit mental dibawa ke kuil
kuil kesehatan di mana perawatannya bertujuan untuk menghilangkan penyebab
gangguan mental.
Ø Abad Pertengahan
Dengan
hancurnya peradapan Yunani-Romawi,kemajuan ilmu pengetahuan mengalami
kemunduran.Banyak hal dalam ilmu kedokteran yang tidak diteruskan dan hal yang
lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang setan dihidupkan kembali.Dalam
periode abad 10-15,berkembang dancing mania dimana sejumlah orang menari secara
liar.Masa abad ke-15 sampai 18 para pasien penyakit mental dianggap sebagai
kerasukan setan dan perawatannya dengan cara mengusir keluar setan dengan cara
menghukum atau menyiksanya.
Ø Zaman Renaisans
Meskipun
para pasien penyakit mental tenggelam dalam dunia takhayul dan lingkungan yang
tidak berperikemanusiaan,namun di negara-negara tertentu di Eropa suara-suara
diteriakan oleh tokoh agama,ilmu kedokteran dan filsafat.Usaha-usaha mereka
selama masa tersebut mungkin digambarkan sebagai "terang dalam
kehidupan".Di Switzerland mengakui penyebab penyakit mental dan menolak
kaitan demonology.Sedangkan di Perancis menganggap bahwa penyakit mental tidak
berbeda dengan penyakit fisik dan pasien harus diperlakukan secara manusiawi.
Ø Abad XXVI-XX
Pada awal
abad ke-18 dilihat sebagai "Zaman Rasio",perhatian dipusatkan pada
klasifikasi dan sistem,suatu hal yang mungkin sama dengan klasifikasi
sistem.Pada zaman ini,baik di Perancis,Inggris,Jerman,Italia,Amerika Latin,Amerika
Serikat, lebih mengedepankan pada perilaku yang berperikemanusiaan untuk
menghadapi serta menangani orang-orang yang memiliki penyakit mental.Di
Perancis,Pinel mempelopori perlakuan dan pemahaman manusiawi terhadap
orang-orang yang mengalami kekalutan mental.Pinel ditetapkan sebagai Bapak
Psikiatri yang telah meletakan dasar psikiatri bagi masa yang akan datang.Ia
kemudian diserahkan tugas dan tanggung jawab atas rumah sakit Salpetriere.Rumah
sakit Salpetriere dan Bicetere sebagai rumah sakit modern pertama untuk para
pasien sakit mental.Pada tahun 1908,Clifford Beers yang pernah menjadi pasien
Rumah Sakit jiwa menulis buku "A Mind That Found It Self" yang
memberikan efek menyebarkan visi mengenai gerakan kesehatan mental.
Ø Psikiatri
Pada tahun
1800-an ada usaha untuk menolong paien sakit mental,tetapi dokter-dokter belum
menemukan penyebab,pencegahan dan penyembuhan yang efektif untuk penyakit
mental walaupun mereka sudah mengklasifikasikan beribu ribu macam kekalutan
mental.Pada abad 19 kesehatan mental berkembang pada 4 bidang umum,yaitu
perlakuan terhadap pasien sakit mental yang lebih manusiawi dan rasional oleh
masyarakat,langkah-langkah untuk memperbaiki lembaga untuk penyakit
mental,perhatian para penulis besar dan filsufyang berpengaruh pada psikologi
dan tingkah laku manusia dan sistem klasifikasi yang komprehensif bagi
kekalutan mental.Tokoh yang paling berpengaruh dalam bidang psikiatri pada
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 adalah Emil Kraepelin.Di tahun 1883,ia
menerbitkan buku pelajaran yang menguraikan penyakit mental berdasar patologi
organik.Ia mengembangkan sistem teoritis menjadi dua katagori besar yang
disebabkan oleh faktor-faktor endogen(dari dalam tubuh) dan faktor-faktor
eksogen (dari luar tubuh).
Sejarah
perkembangan kesehatan mental terbagi menjadi 2 periode yaitu periode pra
ilmiah dan periode ilmiah:
1. Periode Pra Ilmiah
Sejak jaman
dulu sikap terhadap gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif
animeisme (kepercayaan roh-roh / dewa-dewa). Orang Yunani percaya bahwa
gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk
menghindari kemarahannya, merka mengadakan perjamuan.
Perubahan
sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada jaman Hipocrates (460-467). Dia
dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan kesehatan
mental, yaitu dengan pendekatan naturalisme. Aliran berpendapat bahwa gangguan
mental atau fisik akibat dari alam.
Dalam
perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi.
Dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan
sosial untuk memecahkan problem penyakit mental. Ia seorang kepala Rumah Sakit
Bicetre di Paris. Dirumah sakit ini pasienya yang maniac dirantai, diikat
ditembok, ditempat tidur selama 20 tahun atau lebih. Akhirnya, banyak yang
berhasil.
2.
Era Ilmiah (Modern)
Perubahan
yang sangat berarti dalam sikap dan era gangguan mental yaitu dari animisme
(irrasional) dan tradisional kesikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi
saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat tahun
1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) sebagai staff medis di rumah sakit
Penisylvania, terdapat 24 pasien yang dianggap lunaties (orang0orang gila atau
sakit ingatan). Rush melakukan usaha lain selain mengurung dan mengguyur air
terhadap pasienya, yaitu dengan cara : memberikan motivasi (dorongan) untuk
ingin bekerja, refreshing (mencari kesenangan).
Perkembangan
kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran, dan inspirasi para ahli,
terutama 2 tokoh perintis ini yaitu : Dorothea Lynde Dix dan Clifford
Whittingham Beers orang yang mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan
gangguan mental. Berkat usaha Dix dia dapat membangun 32 rumah sakit jiwa di
Amerika.
Selama
dekade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti
American Social Hygiene Association (ASHA) dan American Federation For Sex
Hygiene. Perkembangan gerakan kesehantan mental tidak lepas dari Clifford
Whittingham Beers (1876-193) karena jasanya ia dinobatkan sebagai “The Founder
Of The Mental Hygiene Movement”. Beers juga mengeluarkan Otobiografinya sebagai
mantan penderita gangguan mental yang berjudul “A Mind That Found Itself” dan
dia juga merancang program yang bersifat nasional untuk mereformasikan program,
penyebaran informasi, prndorongan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dan
pengembangan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Aldof Mayer yang tertarik terhadap program Beers menamakan gerakan itu
dengan nama “Mental Hygiene”. Tahun 1908 sebuah organisasi pertama didirikan
dengan nama Connectievt Society For Mental Hygiene. Tahun 19 febuari 1909
didirikan National Commitye Siciety For Mental Hygiene, Berrs menjadi
sekretarisnya. Tujuan organisasi ini bertujuan melindungi, menyusun perawatan,
meningkatkan studi, menyebarkan pengetahuan dan mengkoordinasikan
lembaga-lembaga untuk pasien gangguan mental.
Pada tanggal 3 juli 1946, presiden Amerika Serikat menandatangani “The
National Mental Health Act”. Dokumen blueprint yang komprehensif, berisi
program jangka panjang untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga
masyarakat. Pada tahun 1950 organisasi mental terus bertambah dengan berdirinya
National Association For Mental Health berkerjasama dengan 3 organisasi yaitu :
National Commitye Siciety For Mental Hygiene, National Mental Health
Foundation, dan Psychiatric Foundation. Kesehatan mental terus berkembang tahun
1075 di Amerika serika terdapat lebih dari 1000 tempat perkumpulan kesehatan
mental. Dibelahan dunia lain gerakan kesehatan mental dikembangkan melalui
World Federation For Mental Health Organization.
Psikologi kesehatan dimulai tahun 1970-an hingga awal 1980-an. Seiring
datangnya abad 21 kita melihat pisikologi kesehatan tumbuh dengan sangan
signifikan. Komunitas dan asosiasi psikologis mulai membentuk divisi atau
departemen sendiri. Pertarunagn secara teoritis dan historis untuk memahami
kaitan antara mental (pikiran, emosi dll.) dengan kondisi sehat (fisiologis).
Konsep
Sehat Berdasarkan Beberapa Dimensi
Konsep Sehat itu adalah sebuah keadaan normal yang
sesuai dengan standar yang diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis
kelamin dan komunitas masyarakat. Itu adalah pengertian sehat yang saya
mengerti pada awalnya. Dan setelah sekian lama Sehat Kita Semua tidak
memposting makan pada kali kesempatan ini setelah vakum cukup lama akan
memberikan hal sedikit tentang beberapa hal yangb berhubungan dengan konsep dan
pengertian sehat ini.
Hidup sehat dan dalam kesehatan akan sangat membantu
kita dalam melakukan berbagai macam aktifitas kehidupan sert arutinitas yang
bisa dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Karena bila dalam keadaan sekita
atau poun kurang sehat maka hal ini akan mempengaruhi akan produktifitas kita
juga.
Dimulai dari apa yang dimaksud dengan pengertian sehat
ini. Pengertian sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik
fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dan
beberapa pengertian sehat lainnya yaitu diantaranya:
Sehat adalah
perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan
orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri
yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas
dan integritas struktural. ( Menurut Pender, 1982 )
Sehat / kesehatan adalah suatu keadaan
sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.( Menurut UU N0.
23/1992 tentang kesehatan)
Sehat adalah fungsi efektif dari
sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakan untuk
perawatan diri ( self care actions) secara adekuat. Self care Resouces :
mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Actions merupakan
perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan
dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual. (Menurut Paune, 1983)
I.
TEORI
Konsep Sehat Berdasarkan Dimensi :
1.
Dimensi
Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal
mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan
untuk bertindak
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri
individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati
seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong
seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat
merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates.
Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow
(sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB
Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan),
Love (cinta).
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak
berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a. Amarah : beringas,
mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram,
suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup,
khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira,
riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan,
kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, dan kemesraan
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak,
mual, tidak suka
h. Malu : malu hati, kesal
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas
dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam
permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap
individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan
tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Emosi adalah
suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah
laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
2.
Dimensi
Intelektual
Dalam dimensi ini, seseorang memiiki intelegensi yang cukup tinggi. Dalam
dimensi ini ia mampu menyerap berbagai pelatihan atau pendidikan dengan
penyerapan yang lebih cepat, serta mudah memahami berbagai aspek materi tanpa
mengalami kesulitan dalam proses kognitif dalam belajar. Tidak semua orang
mengalami kesehatan intelektual secara utuh karena sehat secara intelektual
merupakan sebagian dari proses bawaan, juga proses pembiasaan dan latihan.
3. Dimensi
Sosial
Dimensi
Sosial yaitu dimensi yang melihat dari tingkah laku
manusia dalam kelompok sosial, keluarga
dan sesama lainnya serta penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah laku. Kesehatan
Sosial dapat dilihat dari kemampuan untuk membuat dan mempertahankan hubungan
dengan orang lain, perilaku kehidupan dalam masyarakat. Kesehatan sosial dapat
dilihat juga dari kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan pribadi
dan keluarganya sehingga memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati
hiburan pada waktunya (UU No 9: pasal 3). Kesehatan sosial terwujud
apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara
baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayan, status sosial,ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan
menghargai. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana
kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan
papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan
selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
4. Dimensi
Fisik
Dimensi Fisik merupakan dimensi yang dapat ditelaah secara langsung
atau memiliki dimensi yang paling nyata. Kesehatan fisik dapat dilihat dari kemampuan mekanistik dari tubuh. Kesehatan
fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. Sehat
jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok
manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi,
berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik,
tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
5.
Dimensi Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,
mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau
teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.
Spiritual
bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang.
Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan
dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan
dengan keyakinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan
seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh
beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh.
Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara
spiritual.
II.
CONTOH KASUS
Sheyna, 13 tahun, memiliki orangtua yang overprotective
dan sangat menuntut supaya Sheyna mengikuti apa saja perintah yang diberikan
kepadanya.
Sheyna merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, dan hanya ia yang
perempuan. Sheyna menganggap dirinya sangat bergantung pada orangtua, ditambah
lagi orangtua memperlakukan Sheyna seperti anak kecil yang berusia di bawah
usia dirinya.
Kedua kakak Sheyna sangat pembangkang bahkan kakak pertama
Sheyna (18 tahun) pernah blak-blakan mengaku kepada orangtua
mereka bahwa ia telah melakukan aktivitas seksual dengan teman di sekolah.
Tentu saja, orangtua menjadi sangat marah, apalagi orangtua sangat strict terhadap
isu-isu seksual. Bahkan, orangtua selalu membahas kepada Sheyna dan kedua kakak
bahwa virginity itu harus dijaga hingga kelak
menikah. Kondisi kakaknya ini berbanding terbalik dengan Sheyna yang
sangat pasif dan penurut, serta menjadi satu-satunya anak yang dianggap “baik”
oleh orangtuanya sehingga Sheyna dijuluki “Little Miss Perfect”.
Ada riwayat sakit mental di dalam keluarga Sheyna. Nenek
kandung Sheyna dari pihak Ibu serta Bibi Sheyna dari pihak Ayah sama-sama
menderita depresi.
Sheyna mengalami insomnia sejak ia berusia 10
tahun. Setiap malam ia mengalami kesulitan untuk tidur dan akhirnya mengganggu
kegiatan belajar di sekolah. Nilai Sheyna sampai mengalami penurunan yang cukup
parah, sehingga orangtua memutuskan supaya Sheyna menjalani home-schooling
saja supaya Sheyna dapat mengatur waktu kapan untuk belajar. Perilaku insomnia ini
dialami Sheyna pasca pertengkaran hebat di dalam keluarga, di mana kakak
pertama Sheyna ternyata sampai menghamili temannya di sekolah. Pada saat itu,
kondisi rumah sangat “panas”, Ayah dan Ibu selalu bertengkar setiap ada kesempatan
di pagi-siang-sore-malam. Keadaan semakin memanas karena kakak pertama Sheyna
sempat kabur dari rumah bersama teman yang ia hamili, sehingga memicu
pertengkaran antara keluarga Sheyna dengan keluarga yang anaknya dihamili oleh
kakak Sheyna tersebut. Kondisi tersebut berlangsung hingga kurang-lebih dua
bulan dan sejak itu, Sheyna sulit sekali memejamkan mata seberapa pun dirinya
mengantuk karena bayangan pertengkaran dan suasana memanas itu selalu
menghantui Sheyna. Untuk pertama kalinya, di masa sebulan itu, Sheyna mengalami
ledakan emosi yang tinggi.
Sejak saat itu, Sheyna juga semakin sering menyendiri di
dalam kamar untuk menghindari pertengkaran. Bagi Sheyna, dia menjadi lebih
rileks dengan berada di dalam kamar. Dia juga semakin bisa berpikir, mencari
tahu, dan menganalisa segala hal yang ia senangi. Sheyna tertarik dengan
politik dan memiliki pemikiran tersendiri tentang politik, misalnya ia percaya
bahwa dirinya merupakan reinkarnasi dari seorang politikus Romawi di masa lalu.
Keluarga dan teman-teman Sheyna melihat Sheyna sebagai orang
yang sangat rapi dan teroganisir. Sheyna senang menuliskan apapun ide-ide yang
ia miliki dan menuliskan di buku diary, komputer, bahkan dinding
kamarnya penuh dengan papernote yang ditempelkan secara
berantakan dan berisi ide-idenya tersebut. Kebanyakan ide yang Sheyna tuliskan
berisi tentang hal-hal yang selama ini dianggap tabu untuk dibicarakan di dalam
keluarganya, seperti tentang dorongan seksual dan tingkat spiritualitas.
Aktivitas ini semakin menjadi-jadi saat ia merasakan gairah luar biasa untuk
melakukan sesuatu.
Selama proses pertengkaran di dalam keluarganya, Sheyna
sempat mengalami depresi dan depresi yang ia miliki semakin menjadi-jadi karena
hingga saat ini Sheyna masih menderita insomnia. Sheyna juga menderita
kesulitan untuk makan dan konsentrasi. Di puncak depresinya, Sheyna akhirnya
beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Beruntung, Ibu selalu menemukan
Sheyna tepat waktu sehingga Sheyna masih bisa diselamatkan.
III.
ANALISIS
KASUS
Sheyna menunjukkan simptom perilaku
yang mengarah ke Bipolar I Disorder. Sheyna meyakini bahwa dirinya merupakan reinkarnasi dari
politisi Romawi di masa lalu, yang menunjukkan simptop psikotis ada pada
dirinya. Simptom psikotis sendiri hanya muncul pada Bipolar I Disorder. Sheyna
juga menunjukkan perilaku mania dengan cara menuliskan semua ide-ide yang ia
miliki di buku diary, komputer, bahkan papernote yang
ditempel berantakan di dinding kamarnya. Ide-ide tersebut termasuk pula ide-ide
yang sebenarnya selalu tabu untuk dibicarakan di dalam keluarga (tentang
seksualitas dan spiritualitas). Perilaku ini jelas berbeda dengan kebiasaan
Sheyna yang selalu rapi dan terorganisir. Kemunculan perilaku mania ini
dibarengi pula dengan kemunculan perilaku depresi yang membuat Sheyna sampai
beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri.
Pada kasus Sheyna, ditemukan bahwa
ada riwayat genetis di dalam keluarga dekatnya yang memiliki gangguan depresi,
yaitu Nenek kandung Sheyna dari pihak Ibu serta Bibi Sheyna dari pihak Ayah.
Perlu ada pemeriksaan mendalam tentang apakah kasus Sheyna terkait dengan
riwayat genetis di dalam keluarganya. Tetapi, kemungkinan itu tetap ada.
BD yang diderita Sheyna merupakan masalah
yang perlu penanganan hingga seumur hidup karena tidak dapat dengan mudah
ditentukan bahwa gejala mania dan depresi yang diderita Sheyna tidak akan lagi
muncul di masa depan. Cara terbaik untuk memberikan treatment
kepada Sheyna adalah dengan memberikan pengobatan medis yang tepat serta
menjalani psikoterapi. Misalnya, mengkombinasikan pemberian obat antipsychotic
(seperti: Seroquel) dan mood-stabilizer (seperti: Lithium),
ditambah psikoterapi (seperti: terapi regulasi emosi, anger management untuk
membantu Sheyna dalam mengatasi mania dan depresi yang muncul di dirinya).
REFERENSI
Semiun,Yustinus.2006.Kesehatan Mental 1.Yogyakarta:Penerbit
Kanisius.
Kholil
Rochman Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press.
Ian P. Albery dan Marcus Munafo. 2011. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta :
Mitra Setia.
Burhanuddin, Yusak. 1999.
Kesehatan Mental.Bandung: CV Pustaka Setia.
Riyanti, D.B.P. & H. Prabowo.
(1998). Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.
1 komentar:
Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
Posting Komentar