Pages

Kamis, 29 Oktober 2015

PSIKOLOGI MANAJEMEN



PSIKOLOGI MANAJEMEN
       1.      Sejarah Psikologi Manajemen
Pada awalnya psikologi manajemen merupakan dua bidang ilmu yang terpisah, yaitu psikologi dan manajemen. Untuk menjamin kesuksesan suatu organisasi diperlukan pemahaman yang baik terhadap teori manajemen guna mendorong efektivitas dan efisiensi kerja atau profesionalisme manajemen. Hal ini disebabkan manajemen merupakan kombinasi antara ilmu dan seni. Awalnya konsep manajemen digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, kemudian timbul pemikiran bahwa akal manusia dapat memenuhi kebutuhan itu secara lebih efektif lagi, setelah itu dibutuhkan modal untuk mendanai alat yang akan membantu dalam meningkatkan efektifitas. Maka, sejak zaman revolusi industri, tiga modal kerja yang utama adalah SDA (Sumber Daya Alam), SDU (Uang) dan SDM (Manusia), dan ilmu manajemen pun berkisar pada upaya untuk mengoptimalkan kinerja antar ketiga modal kerja itu.
Dengan ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM ternyata merupakan yang terpenting, karena ilmu psikologi yang memang berpusat pada manusia, yang mampu mengintervensi atau mengolah berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan.
       2.      Pengertian Psikologi Manajemen
Menurut Basuki (2008) kata psikologi berasal dari kata psyche artinya jiwa dan logos artinya ilmu pengetahuan. Jadi psikologi berarti ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan, menurut stoner. Jadi, psikologi manajemen adalah suatu studi tentang tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses manajemen dalam rangka melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
KOMUNIKASI
       1.      Pengertian Komunikasi
Menurut Thoha (2009) Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke orang lain. Suatu komunikasi yang tepat tidak bakal terjadi, kalau tidak penyampai berita tadi menyampaikan secara patut dan penerima berita menerimanya tidak dalam bentuk distorsi. Namun demikian, komunikasi dalam kenyataan tidak seperti yang dikatakan tersebut, banyak terdapat sejumlah kemungkinan penghalang (blocks), dan penyaringan (filters) di dalam saluran komunikasi. Menurut Robbins & Judge (2015) komunikasi adalah perpindahan dan pemahaman arti.
       2.      Fungsi Komunikasi
Menurut Robbins & Judge (2015) komunikasi memiliki empat fungsi utama, yaitu:
1.      Pengendalian : Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku orang lain atau anggota dalam beberapa cara yang harus dipatuhi.
2.      Motivasi : Komunikasi memberikan perkembangan dalam memotivasi dengan memberikan penjelasan dalam hal-hal kehidupan.
3.      Pernyataan emosional : Komunikasi memiliki peranan dalam mengungkapkan perasaan-perasaan kepada orang lain, baik itu senang, gembira, kecewa tidak suka, dan lainnya.
4.      Informasi : Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan dari setiap individu dan kelompok dalam mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenai dan menilai pemilihan alternatif.
        3.      Proses Komunikasi
Menurut Robbins & Judge (2015) proses komunikasi adalah tahapan-tahapan di antara sumber dengan penerimaan yang menghasilkan pemindahan dan pemahaman makna. Proses berlangsungnya komunikasi diantaranya, yaitu :
1.      Sumber : Dasar dalam penyampaian pesan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber komunikasi adalah orang, lembaga, buku dan lain-lain.
2.      Komunikator : Pelaku penyampain pesan yang berupa individu yang sedang berbicara atau penulis, dapat juga berupa kelompok orang, organisasi komunikasi seperti televisi, radio, film, surat kabar, dan sebagainya. 
3.      Pesan : Keseluruhan yang disampaikan oleh komunikator. Pesan mempunyai tema utama sebagai pengarah dalam usaha mengubah sikap dan tingkah laku orang lain. 
4.      Saluran : Komunikator yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Saluran komunkasi berupa saluran formal (resmi) dan saluran informal (tidak resmi). Saluran formal adalah saluran yang mengikuti garis wewenang dari suatu organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dan bawahannya, sedangkan saluran informal adalah saluran yang berupa desas-desus, kabar burung dan kabar angin.
5.      Komunikan : Penerima pesan dalam komunikasi yang berupa individu, kelompok dan massa
6.      Effect (hasil) : Hasil akhir dari suatu komunikasi dengan bentuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku komunikan. Perubahan itu bisa sesuai keinginan atau tidak sesuai dengan keinginan komunikator. 
          4.      Hambatan-hambatan pada Komunikasi yang Efektif
1.      Mendengar
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2.      Mengabaikan informasi
Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3.      Menilai sumber
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4.      Persepsi yang berbeda
Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5.      Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda.
Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
6.      Sinyal nonverbal yang tidak konsisten
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7.      Pengaruh emosi.
Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8.      Gangguan
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.
MEMPENGARUHI PERILAKU
         1.      Pengertian Perilaku
Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan. 
2.      Pengertian Pengaruh
Pengaruh adalah suatu keadaan ada hubungan timbal balik, atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang di pengaruhi. Dua hal ini adalah yang akan dihubungkan dan dicari apa ada hal yang menghubungkannya. Di sisi lain pengaruh adalah berupa daya yang bisa memicu sesuatu, menjadikan sesuatu berubah. Maka jika salah satu yang disebut pengaruh tersebut berubah, maka akan ada akibat yang ditimbulkannya.
3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
A.    Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini:
1.      Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.
2.      Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
3.      Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman.
4.      Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya.
5.      Intelegensia
Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan.
6.      Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.
B.     Faktor Eksternal
1.      Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.
2.      Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
3.      Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
4.      Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
5.      Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.
KEKUASAAN
Konsep kekuasaan (power) erat sekali hubungannya dengan konsep kepemimpinan. Dengan kekuasaan pemimpin memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku pada pengikutnya. Dengan emberikan hubungan yang menyeluruh antara kepimpinan dan kekuasaan Hersey, Blanchard dan Natemeyer seperti yang telah dikutipkan di depan, merasakan bahwa para pemimpin seharusnya tidak hanya menilai perilakunya sendiri agar mereka dapat mengerti bagaimana mereka mempengaruhi orang lain, akan tetapi juga mereka harus meniti posisi mereka dan cara menggunakan kekuasaan.
       1.      Pengertian Kekuasaan
Seringki kekuasaan dipergunakan silih berganti dengan istilah-istilah lainnya seperti pengaruh (influence) dan otoritas (authority). Pelopor pertama yang mempergunakan istilah kekuasaan adalah sosiolog kenamaan Max Weber. Dia merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya  sendiri dan yang menghilangkan halangan. Walterd Nord merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran energi dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya. Kekuasaan mengacu pada kapasitas yang dimiliki A untuk memengaruhi perilaku B, sehingga B melakukannya sesuai keinginan A. Dengan demikian, kekuasaan adalah suatu sumber yang bisa atau tidak bisa dipergunakan.
       2.      Sumber dan Bentuk Kekuasaan
Amitai Etziomi membahas bahwa sumber dan bentuk kekuasaan itu ada dua yakni kekuasaan jabatan (position power) dan kekuasaan pribadi kekuasaan pribadi (personal power). Menurut Etzippomi perbedaan keduanya bersermi pada konsep kekuasaan itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk memengaruhi perilaku. Kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan organisasi, pengaruh pribadi, atau keduanya. Seseoang yang mempunyai kemampuan untuk memengaruhi perilaku orang lain untuk melakukan kerja karena jabatan organisasi yang dijabatnya, maka orang tersebut mempunyai kekuasaan jabatan. Adapun, seseorang yang memperoleh kekuasaan dari para pengikutnya dikatakan mempunyai kekuasaan pribadi. Kadang-kadang orang lain mempunyai kedua-duanya, kekuasaan jabatan dan pribadi. Meskipun kekuasaan jabatan dan pribadi merupakan hal yang penting dan bermanfaat untuk menganalisis kekuasaan, akan tetapi pembagian seperti ini terbatas, sempit dan tidak mampu mengurai lebih jauh.
       3.      Dasar Kekuasaan
Dasar atau sumber kekuasaan ke dalam dua kelompok umum, kekuasaan formal dan kekuasaan pribadi, yaitu:
a.       Kekuasaan Formal
Kekuasaan formal didasarkan pada posisi seorang individu d dalam organisasi.
                                           I.            Kekuasaan paksaan
Dasar kekuasaan paksaan bergantung pada atas hasil yang negatif akibat kegagalan untuk memenuhi. Hal ini bertumpu pada penerapan, atau ancaman penerapan, atas sanksi fisik seperti timbulnya rasa sakit, frustasi atas hambatan pergerakan, atau mengendalikan dengan kekuatan dasar psikologis atau kebutuhan keamanan.
                                        II.            Kekuasaan Imbalan
Pencapaian kepatuhan yang didasarkan pada kemampuan untuk mendistribusikan imbalan yang mana orang lain memandangnya berharga akan memiliki kekuasaan atas mereka.
                                     III.            Kekuasaan Legitimasi
Kekuasaan yang diterima oleh seseorang sebagai hasil dari posisinya di dalam hierarki formal suatu organisasi. Kekuasaan legitimasi lebih luas daripada kekuasaan untuk memaksa dan memberikan imbalan.
b.      Kekuasaan Pribadi
Kekuasaan pribadi yang berasal dari karakteristik unik individu. Terdapat dua kekuasaan pribadi yang mendasar, yaitu:
I.                   Kekuasaan karena Keahlian
Pengaruh yang dikerahkan sebagai hasil dari keahlian, keterampilan khusus, atau pengetahuan.
II.                Kekuasaan Acuan
Pengaruh yang didasarkan pada identifikasi dengan seseorang yang memiliki sumber daya atau sifat pribadi yang diinginkan. Kekuasaan acuan berkembang dari kekaguman lain dan keinginan untuk menjadi seperti orang tersebut.
       4.      Dasar Kekuasaan Manakah yang Paling Efektif?
Dari tiga dasar kekuasaan formal (paksaan, pemberian imbalan, legitimasi) dan dua basis kekuasaan pribadi (ahli,acuan), yang manakah yang paling penting untuk dimiliki? Riset menyarankan dengan cukup jelas bahwa sumber kekuasaan pribadi adalah yang paling efektif. Keduanya, kekuasaan acuan maupun karena keahlian, secara positif terkait dengan kepuasan dari para pekerja dengan supervisi, komitmen organisasi, dan kinerja mereka,sedangkan kekuasaan untuk memberikan imbalan dan kekuasaan legitimasi terlihat tidak terkait dengan hasil tersebut. Salah satu sumber daya kekuasaan formal, kekuasaan untuk memaksa, sebenarnya dapat menjadi bumerang karena secara negatif terkait dengan kepuasan dan komitmen dari pekerja.
       5.      Membedakan Kepemimpinan dengan Kekuasaan
Kekuasaan tidak memerlukan kesesuaian tujuan, hanya ketergantungan semata. Kepemimpinan, pada sisi lain, memerlukan beberapa kesesuaian di antara tujuan-tujuan pemimpin dengan yang dipimpin. Perbedaan kedua terkait dengan arahan dari pengaruh. Kepemimpinan menitikberatkan pada pengaruh ke arah bawah kepada para pengikut. Hal ini dapat meminimalkan pentingnya pola pengaruh yang lateral dan ke arah bawah. Kekuasaan tidak demikian. Masih dalam perbedaan lainnya, riset mengenai kepemimpinan, pada sebagian besar bagian, lebih menekankan pada gaya. Sebaliknya, riset mengenai kekuasaan menitikberatkan pada taktik untuk memperoleh kepatuhan. Ini melampaui individu sebagai pelaksana kekuasaan, karena kelompok sama halnya dengan para individu dapat menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan para individu atau kelompok lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2015). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Thoha, M. (2009). Perilaku organisasi konsep dasar dan aplikasinya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Basuki, A. M. H. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Herujito, Y. M. (2001). Dasar-dasar manajemen. Jakarta: Grasindo.

0 komentar:

Posting Komentar

 

(c)2009 MEISSY FERDERIKA MB. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger