Pages

Kamis, 30 Juni 2016

TUGAS 6



TERAPI KELOMPOK

1. Pengertian Terapi Kelompok
Menurut Margaret E. Hartford terapi kelompok adalah metode pekerjaan sosial dengan nama pengalaman-pengalaman kelompok yang digunakan oleh pekerja sosial sebagai medium praktik utama yang bertujuan untuk mempengaruhi keberfungsian sosial, pertumbuhan atau perubahan anggota-anggota kelompok. Menurut Harleigh B. Trecker terapi kelompok adalah suatu metode khusus yang memberikan kesempatan-kesempatan kepada individu-individu  dan kelompok-kelompok untuk tumbuh dalam setting-setting fungsional pekerjaan sosial, rekreasi dan pendidikan.  Sedangkan  Menurut Grace L. Coyle terapi kelompok memungkinkan berbagai jenis kelompok berfungsi sedemikian rupa, sehingga interaksi kelompok dan kegiatan-kegiatan program memberikan kontribusi pada pertumbuhan individu-individu  dalam pencapaian tujuan-tujuan social yang diinginkan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa terapi kelompok adalah suatu metode praktik yang bertujuan untuk mempengaruhi keberfungsian mengenai pekerjaan sosial, pendidikan  atau pencapaian-pencapaian sosial lainnya.

2. Tujuan Terapi Kelompok
Tujuan terapi kelompok adalah untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan hubungan interpersonal, membagi emosi atau perasaan yang dimiliki pasien dan agar pasien mandiri.

3. Konsep Terapi Kelompok
Terapi kelompok merupakn suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Keuntungan yang diperoleh individu melalui terapi aktivitas kelompok ini adalah dukungan (support), pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal dan meningkatkan uji realitas. Sehingga terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan pada karakteristik ganggguan seperti, gangguan konsep diri, harga diri rendah, perubaha persepsi sensori halusinasi. Selain itu, dapat mengobati klien dalam jumlah banyak,  dapat mendiskusikan masalah secara kelompok. Belajar bermacam masalah dan belajar peran di dalam kelompok. Namun, pada terapi ini juga terdapat kekurangan yaitu, kehidupan pribadi klien tidak terlindungi dan klien sulit mengungkapkan masalahnya. Dengan sharing pengalaman pada klien dengan isolasi sosial diharapakan klien mampu membuka dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain.

4. Karakteristik Terapi Kelompok
  1. Pada umumnya terdiri dari 5-10 orang yang bertemu dengan terapis.
  2. Panjang sesi adalah 90-120 menit.
  3. Setting ruangan melingkar agar terapis dan anggota dapat saling melihat.
  4. Anggota kelompok heterogen (pekerjaan, tingkat pendidikan, rentang usia, dll).
  5. Jenis gangguan terkadang sama atau berbeda (sesuai kebutuhan)

5. Jenis-Jenis Terapi Kelompok
  1. Terapi Kelompok Psikoanalisa
a)    Konsep psikoanalisa dijadikan terapi kelompok oleh Wolf (1957) dan Slavson (1964).
b)   Terdapat 4-5 pria dan 4-5 wanita dalam satu kelompok.
c)    Pertemuan berlangsung selama 90 menit dan tiga kali per minggu.
d)   Menurut Slavson, terapi kelompok berguna untuk membantu klien memperoleh insight, meningkatkan kesadaran emosional terhadap trauma yang terjadi pada masa kecil.
e)    Teknik-teknik teori psikoanalisa dalam konseling kelompok dilihat dari sudut kegiatan yang dilakukan. Kelompok dibedakan atas :
1)      Kelompok aksi (action group) yang dirancang dengan tugas utama mengerjakan sesuatu.
2)      Kelompok studi (study group) yang dirancang dengan tugas utama mempelajari seluk-beluk suatu bidang dengan menggunakan sumber-sumber tertentu.
3)      Kelompok diskusi (discussion group), yang dirancang dengan tujuan utama membahas bersama suatu masalah yang dihadapi.
  1. Psikodrama / Roleplay
a)    Dibuat oleh Jacob Moreno (1920), bertujuan untuk memberikan kesempatan pada klien untuk katarsis, berperilaku spontan, dan saling memahami antar-anggota.
b)   Ada tahap dimana klien memperagakan peristiwa hidupnya yang siginifikan dihadapan anggota lainnya.
c)    Ada juga tahap dimana anggota berperan menjadi klien dan klien menjadi individu yang berpengaruh dalam hidupnya dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran klien.
d)   Menurut Moreno, bermain peran lebih efektif untuk katarsis dan membebaskan klien untuk berkreasi.
  1. Analisis Transaksional
a)    Dikemukakan oleh Eric Berne (1950). Menurut Berne fokus pada pemahaman klien daripada pelepasan emosi klien, untuk memperoleh insight mengenai kesalahan transaksi yang terjadi.
b)   Diawali dengan kontrak ("Saya ingin berhenti merasa depresi") untuk membuat rencana terapi dan evaluasinya (mencari status ego, tipe transaksi/games, naskah hidup).
  1. Terapi Perilaku Berkelompok
a)    Beberapa orang dengan masalah perilaku yang sama dapat diterapi bersama.
b)   Terdapat tiga jenis terapi perilaku berkelompok yaitu  systematic desentizitation (terdiri dari klien-klien dengan phobia yang sama, bersama-sama belajar relaksasi), assertion training groups (anggota bermain peran melakukan perilaku asertif terhadap anggota lain, lalu yang lan memberi komentar) dan kontrol yang ditujukan terhadap perilaku tertentu (seperti makan berlebihan).
  1. T-Group / Sensitivity Training Group
a)    Ditujukan untuk individu normal.
b)   Kelompok terdiri dari 10-15 individu.
c)    Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan kepekaan perasaan, pikiran, dan tujuan terhadap orang lain, melatih kejujuran dan jadi diri sendiri, belajar memberi dan menerima umpan balik dan menyelesaikan konflik interpersonal.
d)   Hanya ada trainer yang membantu menentukan tujuan dan arah kelompok serta membantu anggota belajar dari pengalaman. 
  1. Encounter Groups
a)    Untuk mengatasi keterasingan terhadap lingkungan.
b)   Pandangan perasaan bahagia, merasa diri penuh, bertanggung jawab, punya hubungan dekat dengan orang lain, lebih jadi diri sendiri, dapat mencapai dan berbagi dengan orang lain adalah esensi sebagai manusia dan memfasilitasi individu untuk menjadi spontan dan merasakan keintiman bersama.
c)    Terapis tidak ikut campur dalam proses terapi. Pada awalnya anggota akan kebingungan, tapi lama kelamaan akan terjadi interaksi sehingga spontanitas dan keintiman dapat tercapai. Contoh Marriage Encounte.

6. Bentuk-bentuk Terapi Kelompok
Terapi kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian besar berasal dari tiga jenis terapi individual yaitu: kelompok eksplorasi interpersonal. Kelompok bimbingan-inspirasi dan terapi berorientasi psikoanalitik.
  1. Kelompok eksplorasi interpersonal
Tujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung oleh kerena itu, utuk meningkatkan harga diri, tipe ini yang paling umum dilakukan.
  1. Kelompok Bimbingan-Inspirasi
Kelompok yang sangat terstruktur, mendukung, dan memaksimalkan nilai diskusi di dalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar, anggota kelompok dipilih sering kali kerena individu mempunyai problem yang sama.
  1. Terapi Berorientasi Psikoanalitik
Suatu teknik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interprestasi tentang konflik yang  disadari  pasien dan memprosesnya dari observasi interaksi antar anggota kelompok.

7. Teknik-Teknik Terapi Kelompok
Berikut sejumlah teknik yang dapat digunakan ketika melaksanakan terapi kelompok :
1)      Teknik yang melibatkan para anggota.
2)      Teknik yang melibatkan pemimpin.
3)      Menggunakan babak-babak terapeutik.
4)      Teknik sesekali membantu lebih dari satu anggota.
5)      Teknik untuk bekerja dengan Individu secara tidak langsung.
6)      Teknik yang menyebabkan para anggota berbagi pada tingkat lebih pribadi.

8. Aturan Terapi Kelompok
  1. Biasanya terdiri atas 5-12 anggota kelompok.
  2. Terapi ini dipimpin oleh psikoterapis dan terdapat eorang pemimpin pendamping, terapi kelompok bekerja dengan banyak orang sekaligus (dalam setiap pertemuan).
  3. Waktu (min 1 atau 2x seminggu, 90-120 menit) .
  4. Terapi kelompok dapat berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan atau beberapa tahun dan biasanya dilakukan seminggu sekali.
  5. Format : duduk melingkar atau mengelilingi meja, anggota bisa berhadapan saling melihat.
  6. partisipan : homongen atau heterogen : jenis kelamin, usia, problem.
  7. Bentuk kelompok : Terbuka atau tertutup.
  8. Aturan : kerahasiaan.
  9. Proses kelompok, secara umum, menunjukkan pada pergerakkan kontinu, dinamis dan berarah-tujuan ; secara persis, proses kelompok mengacu pada aksi dan interaksi yang digunakan oleh suatu kelompok untuk berkembang dan memelihara identitasnya sebagai suatu kelompok dan pengaruhnya terhadap individu-iindividu yang menyusun kelompok.

9. Kelebihan Terapi Kelompok 
1)      Mengarah pada kenyataan, maksudnya individu dilihat secara pribadi dan dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga anggota menjadi lebih peka terhadap lingkungan.
2)      Anggota dapat melihat adanya masalah yang serupa di sekitar dirinya, sehingga memunculkan pemikiran "You are not alone".
3)      Adanya penerimaan dan dukungan kelompok yang pada awalnya diperlukan perasaan "kami".
4)      Anggota dapat melihat dan meniru anggota lain yang sukses dalam mengatasi masalah.
5)      Ada kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari kelompok.
6)      Ada kesempatan untuk saling membantu antar-anggota, bukan hanya dari terapis.
7)      Dengan adanya berbagai macam pribadi, kepekaan pikiran dan perasaan makin terasah.
8)      Pengalaman sebagai satu 'keluarga' dapat memperbaiki perilaku.
9)      Kesuksesan anggota menjadi harapan bagi anggota lain untuk mencapai perubahan

10. Kekurangan Terapi Kelompok
            1)      Tidak semua klien cocok : tertutup, masalah verbal, interaksi.
            2)      Peran terapis menyebar: menangani banyak orang sekaligus.
            3)      Sulit menumbuhkan kepercayaan: kurang personal.
            4)      Klien sangat tergantung dan beharap terlalu banyak pada kelompok.
            5)      Kelompok tidak dijadikan sarana untuk berlatih.
            6)      Membutuhkan terapis terlatih.

11. Contoh Kasus
Untuk menganalisa pengaruh tindakan keperawatan terapi kelompok suportif terhadap Kelompok, reponden kelompok kontrol diambil dari klien DM yang dirawat inap di Bangsal. Kemampuan mengatasi perilaku kekerasan pada klien skizofrenia di Rumah Sakit Dr. Amino Gondo Hutomo Semarang. Sedangkan perlakuan yang didapatkan klien adalah tindakan keperawatan terapi kelompok suportif sebanyak empat sesi. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kuesioner skala novaco dari novaco, Fauziah dan Putri dengan modifikasi peneliti. Responden diseleksi dengan menggunakan kuesioner tersebut dan bila memiliki nilai total <15 maka individu memenuhi criteria untuk menjadi responden yaitu dengan skala marah sedang. Kriteria yang lain adalah Usia dewasa (18 – 55 tahun) yang mampu mengisi data-data yang diberikan, bisa membaca dan menulis, klien yang sudah dirawat selama 2 minggu di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang, diagnosa keperawatan perilaku kekerasan (berdasarkan catatan keperawatan), jenis obat yang di minum pasien yaitu CPZ, HP dan THP (berdasarkan catatan keperawatan), klien yang sudah mendapatkan TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan (berdasarkan catatan keperawatan). Klien yang mengalami tingkat kemarahan sedang berdasarkan hasil screening emosi marah. Analisis statistik yang dipergunakan yaitu univariat dan bivariat dengan analisis korelasi pearson dan dependent-sample t-test serta Anova dengan tampilan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi.

Sumber
Kurnianto,M.E.( 2013). Konseling kelompok.bandung: Alfabeta.
Mappiare, andi. (2010). Pengantar konseling dan psikoterapi. Jakarta: Raja Grafindo.
Tomb, A.D. (2000). Buku saku Psikiatri.jakarta: Penerbit buku kedokteran ecg.
Tomb, D. A. (2003). Buku saku : psikiatri. Jakarta: EGC.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius

0 komentar:

Posting Komentar

 

(c)2009 MEISSY FERDERIKA MB. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger