TERAPI KELOMPOK
1. Pengertian
Terapi Kelompok
Menurut Margaret E. Hartford terapi
kelompok adalah metode pekerjaan sosial dengan nama pengalaman-pengalaman
kelompok yang digunakan oleh pekerja sosial sebagai medium praktik utama yang
bertujuan untuk mempengaruhi keberfungsian sosial, pertumbuhan atau perubahan
anggota-anggota kelompok. Menurut Harleigh B. Trecker terapi
kelompok adalah suatu metode khusus yang memberikan kesempatan-kesempatan
kepada individu-individu dan kelompok-kelompok untuk tumbuh dalam
setting-setting fungsional pekerjaan sosial, rekreasi dan pendidikan. Sedangkan Menurut Grace L. Coyle terapi kelompok
memungkinkan berbagai jenis kelompok berfungsi sedemikian rupa, sehingga
interaksi kelompok dan kegiatan-kegiatan program memberikan kontribusi pada
pertumbuhan individu-individu dalam pencapaian tujuan-tujuan social yang
diinginkan.
Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa terapi kelompok adalah suatu metode praktik yang bertujuan
untuk mempengaruhi keberfungsian mengenai pekerjaan sosial, pendidikan
atau pencapaian-pencapaian sosial lainnya.
2. Tujuan
Terapi Kelompok
Tujuan terapi kelompok adalah untuk
meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan hubungan interpersonal, membagi emosi
atau perasaan yang dimiliki pasien dan agar pasien mandiri.
3. Konsep Terapi Kelompok
Terapi kelompok merupakn suatu
psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama berdiskusi satu sama
lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan
jiwa yang telah terlatih. Keuntungan yang diperoleh individu melalui terapi
aktivitas kelompok ini adalah dukungan (support), pendidikan,
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan hubungan
interpersonal dan meningkatkan uji realitas. Sehingga terapi aktivitas kelompok
ini dapat dilakukan pada karakteristik ganggguan seperti, gangguan konsep diri,
harga diri rendah, perubaha persepsi sensori halusinasi. Selain itu, dapat
mengobati klien dalam jumlah banyak, dapat mendiskusikan masalah secara
kelompok. Belajar bermacam masalah dan belajar peran di dalam kelompok. Namun,
pada terapi ini juga terdapat kekurangan yaitu, kehidupan pribadi klien tidak
terlindungi dan klien sulit mengungkapkan masalahnya. Dengan sharing pengalaman
pada klien dengan isolasi sosial diharapakan klien mampu membuka dirinya untuk
berinteraksi dengan orang lain.
4. Karakteristik Terapi Kelompok
- Pada umumnya terdiri dari 5-10 orang yang bertemu dengan terapis.
- Panjang sesi adalah 90-120 menit.
- Setting ruangan melingkar agar terapis dan anggota dapat saling melihat.
- Anggota kelompok heterogen (pekerjaan, tingkat pendidikan, rentang usia, dll).
- Jenis gangguan terkadang sama atau berbeda (sesuai kebutuhan)
5. Jenis-Jenis Terapi Kelompok
- Terapi Kelompok Psikoanalisa
a) Konsep psikoanalisa dijadikan terapi
kelompok oleh Wolf (1957) dan Slavson (1964).
b) Terdapat 4-5 pria dan 4-5 wanita
dalam satu kelompok.
c) Pertemuan berlangsung selama 90
menit dan tiga kali per minggu.
d) Menurut Slavson, terapi kelompok
berguna untuk membantu klien memperoleh insight, meningkatkan kesadaran
emosional terhadap trauma yang terjadi pada masa kecil.
e) Teknik-teknik teori psikoanalisa
dalam konseling kelompok dilihat dari sudut kegiatan yang dilakukan. Kelompok
dibedakan atas :
1) Kelompok aksi (action group)
yang dirancang dengan tugas utama mengerjakan sesuatu.
2) Kelompok studi (study group)
yang dirancang dengan tugas utama mempelajari seluk-beluk suatu bidang dengan
menggunakan sumber-sumber tertentu.
3) Kelompok diskusi (discussion
group), yang dirancang dengan tujuan utama membahas bersama suatu masalah
yang dihadapi.
- Psikodrama / Roleplay
a) Dibuat oleh Jacob Moreno (1920),
bertujuan untuk memberikan kesempatan pada klien untuk katarsis, berperilaku
spontan, dan saling memahami antar-anggota.
b) Ada tahap dimana klien memperagakan
peristiwa hidupnya yang siginifikan dihadapan anggota lainnya.
c) Ada juga tahap dimana anggota
berperan menjadi klien dan klien menjadi individu yang berpengaruh dalam
hidupnya dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran klien.
d) Menurut Moreno, bermain peran lebih
efektif untuk katarsis dan membebaskan klien untuk berkreasi.
- Analisis Transaksional
a) Dikemukakan oleh Eric Berne (1950).
Menurut Berne fokus pada pemahaman klien daripada pelepasan emosi klien,
untuk memperoleh insight mengenai kesalahan transaksi yang terjadi.
b) Diawali dengan kontrak ("Saya
ingin berhenti merasa depresi") untuk membuat rencana terapi dan
evaluasinya (mencari status ego, tipe transaksi/games, naskah hidup).
- Terapi Perilaku Berkelompok
a) Beberapa orang dengan masalah
perilaku yang sama dapat diterapi bersama.
b) Terdapat tiga jenis terapi perilaku
berkelompok yaitu systematic desentizitation (terdiri dari
klien-klien dengan phobia yang sama, bersama-sama belajar relaksasi), assertion
training groups (anggota bermain peran melakukan perilaku asertif terhadap
anggota lain, lalu yang lan memberi komentar) dan kontrol yang ditujukan
terhadap perilaku tertentu (seperti makan berlebihan).
- T-Group / Sensitivity Training Group
a) Ditujukan untuk individu normal.
b) Kelompok terdiri dari 10-15
individu.
c) Bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran diri, meningkatkan kepekaan perasaan, pikiran, dan
tujuan terhadap orang lain, melatih kejujuran dan jadi diri sendiri, belajar
memberi dan menerima umpan balik dan menyelesaikan konflik interpersonal.
d) Hanya ada trainer yang membantu
menentukan tujuan dan arah kelompok serta membantu anggota belajar dari
pengalaman.
- Encounter Groups
a) Untuk mengatasi keterasingan
terhadap lingkungan.
b) Pandangan perasaan bahagia, merasa
diri penuh, bertanggung jawab, punya hubungan dekat dengan orang lain, lebih
jadi diri sendiri, dapat mencapai dan berbagi dengan orang lain adalah esensi
sebagai manusia dan memfasilitasi individu untuk menjadi spontan dan merasakan
keintiman bersama.
c) Terapis tidak ikut campur dalam
proses terapi. Pada awalnya anggota akan kebingungan, tapi lama kelamaan akan
terjadi interaksi sehingga spontanitas dan keintiman dapat tercapai. Contoh Marriage
Encounte.
6. Bentuk-bentuk
Terapi Kelompok
Terapi
kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian besar berasal dari tiga jenis
terapi individual yaitu: kelompok eksplorasi interpersonal. Kelompok
bimbingan-inspirasi dan terapi berorientasi psikoanalitik.
- Kelompok eksplorasi interpersonal
Tujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tentang
gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok
yang lain. Pasien diterima dan didukung oleh kerena itu, utuk meningkatkan
harga diri, tipe ini yang paling umum dilakukan.
- Kelompok Bimbingan-Inspirasi
Kelompok yang sangat terstruktur, mendukung, dan
memaksimalkan nilai diskusi di dalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya
mungkin saja besar, anggota kelompok dipilih sering kali kerena individu
mempunyai problem yang sama.
- Terapi Berorientasi Psikoanalitik
Suatu teknik kelompok dengan struktur yang longgar,
terapis melakukan interprestasi tentang konflik yang disadari
pasien dan memprosesnya dari observasi interaksi antar anggota kelompok.
7. Teknik-Teknik Terapi Kelompok
Berikut sejumlah teknik yang dapat
digunakan ketika melaksanakan terapi kelompok :
1) Teknik yang melibatkan para anggota.
2) Teknik yang melibatkan pemimpin.
3) Menggunakan babak-babak terapeutik.
4) Teknik sesekali membantu lebih dari
satu anggota.
5) Teknik untuk bekerja dengan Individu
secara tidak langsung.
6) Teknik yang menyebabkan para anggota
berbagi pada tingkat lebih pribadi.
8. Aturan
Terapi Kelompok
- Biasanya terdiri atas 5-12 anggota kelompok.
- Terapi ini dipimpin oleh psikoterapis dan terdapat eorang pemimpin pendamping, terapi kelompok bekerja dengan banyak orang sekaligus (dalam setiap pertemuan).
- Waktu (min 1 atau 2x seminggu, 90-120 menit) .
- Terapi kelompok dapat berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan atau beberapa tahun dan biasanya dilakukan seminggu sekali.
- Format : duduk melingkar atau mengelilingi meja, anggota bisa berhadapan saling melihat.
- partisipan : homongen atau heterogen : jenis kelamin, usia, problem.
- Bentuk kelompok : Terbuka atau tertutup.
- Aturan : kerahasiaan.
- Proses kelompok, secara umum, menunjukkan pada pergerakkan kontinu, dinamis dan berarah-tujuan ; secara persis, proses kelompok mengacu pada aksi dan interaksi yang digunakan oleh suatu kelompok untuk berkembang dan memelihara identitasnya sebagai suatu kelompok dan pengaruhnya terhadap individu-iindividu yang menyusun kelompok.
9. Kelebihan Terapi Kelompok
1) Mengarah pada kenyataan, maksudnya
individu dilihat secara pribadi dan dalam interaksinya dengan lingkungan
sehingga anggota menjadi lebih peka terhadap lingkungan.
2) Anggota dapat melihat adanya masalah
yang serupa di sekitar dirinya, sehingga memunculkan pemikiran "You are
not alone".
3) Adanya penerimaan dan dukungan
kelompok yang pada awalnya diperlukan perasaan "kami".
4) Anggota dapat melihat dan meniru
anggota lain yang sukses dalam mengatasi masalah.
5) Ada kesempatan untuk memperoleh
umpan balik dari kelompok.
6) Ada kesempatan untuk saling membantu
antar-anggota, bukan hanya dari terapis.
7) Dengan adanya berbagai macam
pribadi, kepekaan pikiran dan perasaan makin terasah.
8) Pengalaman sebagai satu 'keluarga'
dapat memperbaiki perilaku.
9) Kesuksesan anggota menjadi harapan
bagi anggota lain untuk mencapai perubahan
10. Kekurangan Terapi Kelompok
1) Tidak semua klien cocok : tertutup,
masalah verbal, interaksi.
2) Peran terapis menyebar: menangani
banyak orang sekaligus.
3) Sulit menumbuhkan kepercayaan:
kurang personal.
4) Klien sangat tergantung dan beharap
terlalu banyak pada kelompok.
5) Kelompok tidak dijadikan sarana
untuk berlatih.
6) Membutuhkan terapis terlatih.
11. Contoh Kasus
Untuk
menganalisa pengaruh tindakan keperawatan terapi kelompok suportif terhadap
Kelompok, reponden kelompok kontrol diambil dari klien DM yang dirawat inap di
Bangsal. Kemampuan mengatasi perilaku kekerasan pada klien skizofrenia di Rumah
Sakit Dr. Amino Gondo Hutomo Semarang. Sedangkan perlakuan yang didapatkan
klien adalah tindakan keperawatan terapi kelompok suportif sebanyak empat sesi.
Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kuesioner skala novaco
dari novaco, Fauziah dan Putri dengan modifikasi peneliti. Responden diseleksi
dengan menggunakan kuesioner tersebut dan bila memiliki nilai total <15 maka
individu memenuhi criteria untuk menjadi responden yaitu dengan skala marah
sedang. Kriteria yang lain adalah Usia dewasa (18 – 55 tahun) yang mampu
mengisi data-data yang diberikan, bisa membaca dan menulis, klien yang sudah
dirawat selama 2 minggu di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang, diagnosa
keperawatan perilaku kekerasan (berdasarkan catatan keperawatan), jenis obat
yang di minum pasien yaitu CPZ, HP dan THP (berdasarkan catatan keperawatan),
klien yang sudah mendapatkan TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan
(berdasarkan catatan keperawatan). Klien yang mengalami tingkat kemarahan
sedang berdasarkan hasil screening emosi marah. Analisis statistik yang
dipergunakan yaitu univariat dan bivariat dengan analisis korelasi pearson dan
dependent-sample t-test serta Anova dengan tampilan dalam bentuk tabel dan
distribusi frekuensi.
Sumber :
Kurnianto,M.E.(
2013). Konseling kelompok.bandung:
Alfabeta.
Mappiare,
andi. (2010). Pengantar konseling dan
psikoterapi. Jakarta: Raja Grafindo.
Tomb, A.D. (2000). Buku
saku Psikiatri.jakarta: Penerbit buku kedokteran ecg.
Tomb, D. A. (2003). Buku saku : psikiatri. Jakarta: EGC.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius
0 komentar:
Posting Komentar