1. Review
Teknologi
internet telah menjadi hal lumrah saat ini. Berbagai sektor kehidupan bahkan
hampir tidak dapat dipisahkan. Salah satu yang tidak dapat dihindari adalah
penggunaan internet di kalangan siswa sekolah termasuk sekolah dasar. Orangtua
perlu bijaksana mengenalkan teknologi ini pada anak. Dari tinjauan
pembelajaran, mengenalkan konsep digital kepada anak akan menyiapkan mereka
menghadapi perkembangan masa depan yang semakin diwarnai ketergantungan pada
teknologi. Kondisi ini bukannya tanpa syarat. Beberapa menyebutkan, siswa
sekolah dasar di Singapura sudah sangat familiar dengan berbagai gadget
seperti komputer, laptop, telepon selular dan papan tulis interaktif serta
peralatan laboratorium yang canggih. Pengenalan internet secara bijaksana
dan penuh kehati-hatian akan memberikan dampak positif yang luar biasa bagi
perkembangan pendidikan anak.
Selain itu
internet juga membawa material negatif dalam kehidupan terutama
anak-anak. Konten cyber porn yang sangat banyak dan mudah diakses lewat
internet, merupakan hantu menakutkan yang membayangi perkembangan mental anak.
Bahkan pada siswa sekolah atau mahasiswa pun, pengaruh buruk pornografi lewat
internet itu masih bisa terjadi. Dunia anak adalah dunia yang paling
menyenangkan. Hampir setiap orangtua selalu memberikan yang terbaik bagi
anak-anak mereka, terutama kala mereka masih kanak-kanak karena masa anak-anak
adalah masa yang paling menentukan dalam proses pertumbuhan psikologis mereka
di masa mendatang. Dengan memberikan pendidikan yang tepat kepada anak maka
akan dapat diperoleh landasan yang kuat bagi masa depan anak-anak itu. Media informasi internet merupakan salah satu
media yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi
yang tepat untuk menetapkan pendidikan yang sesuai bagi anak. Untuk anak-anak
yang ingin mengakses internet, sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan
orangtua. Baik itu mengerjakan tugas sekolah maupun hanya bermain game di
rumah. Saat anak berinternet pun, orangtua diperkenankan untuk menunjukkan rasa
ketertarikannya pada apa yang dilakukan anak.
Dalam mengenalkan internet pada anak hendaknya
disesuaikan dengan usia anak tersebut, sehingga dalam menggunakan internet anak
tidak akan melenceng dari ketentuan yang seharusnya dipatuhi. Di bawah ini
dijelaskan tahap-tahap pengenalan internet berdasarkan usia anak :
1. Usia 2 s/d 4
tahun
Dalam usia
balita ini, anak-anak yang memulai berinteraksi dengan komputer harus
didampingi oleh orangtua atau orang dewasa. Banyak aktifitas dan situs yang
bersesuaian dengan usia balita ini, melakukan surfing bersama orangtua adalah
hal yang terbaik. Hal tersebut bukan sekedar persoalan keselamatan anak, tetapi
juga untuk meyakinkan bahwa anak tersebut bisa mendapatkan pengalaman yang
menyenangkan sekaligus memperkuat ikatan emosional antara sang anak dengan
orangtua. Sejak masuk usia ketiga, beberapa anak akan mendapatkan keuntungan
jika mendapatkan lebih banyak kebebasan untuk melakukan eksplorasi, menemukan
pengalaman baru dan belajar dari kesalahan yang dibuatnya sendiri. Hal tersebut
bukan berarti mereka bisa menggunakan Internet secara bebas.
2. Usia 4 s/d 7
tahun
Anak-anak
mulai tertarik untuk melakukan eksplorasi sendiri. Meskipun demikian, peran
orangtua masih sangat penting untuk mendampingi anaknya ketika menggunakan
Internet. Dalam usia ini, orangtua harus mempertimbangkan untuk memberikan
batasan-batasan situs yang boleh dikunjungi, berdasarkan pengamatan orangtua
sebelumnya. Untuk mempermudah hal tersebut, maka orangtua bisa menyarankan
kepada anaknya untuk menjadikan sebuah direktori atau search engine khusus
anak-anak sebagai situs yang wajib dibuka saat pertama kali terhubung dengan
Internet. Anak-anak akan dapat mendapatkan pengalaman yang positif jika
berhasil meningkatkan penemuan-penemuan baru mereka di Internet. Pokok
permasalahan di sini bukanlah terpusat pada bagaimana menghindari situs-situs
negatif, tetapi bagaimana caranya agar mereka dapat mengunjungi sebuah situs
tanpa menimbulkan rasa frustrasi atau ketidak-nyamanan sang anak.
3. Usia 7 s/d
10 tahun
Dalam masa
ini, anak-anak mulai mencari informasi dan kehidupan sosial di luar keluarga
mereka. Inilah saatnya dimana tekanan pertemanan dan kelompok bermain menjadi
dampak yang signifikan. Pada usia ini pulalah anak-anak mulai meminta kebebasan
lebih banyak dari orangtua. Anak-anak memang harus didorong untuk melakukan
eksplorasi sendiri, meskipun tidak berarti tanpa adanya partisipasi dari
orangtua. Tempatkan komputer di ruang yang mudah di awasi, semisal di ruangan
keluarga. Ini memungkinkan sang anak untuk bebas melakukan eksplorasi di
Internet, tetapi dia tidak sendirian. Pertimbangkan pula untuk menggunakan
software filter, memasang search engine khusus anak-anak sebagai situs yang
boleh dikunjungi ataupun menggunakan browser yang dirancang khusus bagi
anak-anak. Pada masa ini, fokus orangtua bukanlah pada apa yang dikerjakannya
di Internet, tetapi berapa lama dia menggunakan Internet. Pastikan bahwa waktu
yang digunakannya untuk menggunakan komputer dan Internet tidaklah menyerap
waktu yang seharusnya digunakan untuk aktifitas lainnya. Anak-anak membutuhkan
variasi. Bukanlah hal yang baik apabila anak-anak menghabiskan waktunya hanya
untuk melakukan satu kegiatan saja, bahkan untuk membaca buku ataupun
menggunakan Internet sekalipun. Salah satu cara mencegah hal tersebut adalah
dengan membatasi waktu online mereka, bisa dengan cara menggunakan aturan yang
disepakati bersama atau dengan memasang software yang dapat membatasi waktu
online. Penting pula diperhatikan bahwa saat mereka online, upayakan agar
mereka mengunjungi berbagai macam situs, tidak sekedar satu-dua situs favorit
mereka saja.
4. Usia 10 s/d
12 tahun
Pada masa
pra-remaja ini, banyak anak yang membutuhkan lebih banyak pengalaman dan
kebebasan. Inilah saat yang tepat untuk mengenalkan fungsi Internet untuk
membantu tugas sekolah ataupun menemukan hal-hal yang berkaitan dengan hobi
mereka. Perhatian orangtua tidak hanya pada apa yang mereka lihat di Internet,
tetapi juga pada berapa lama mereka online. Tugas orangtua adalah membantu
mengarahkan kebebasan mereka. Berikanlah batasan berapa lama mereka bisa
mengggunakan Internet dan libatkan pula mereka pada kegiatan lain semisal
olahraga, musik dan membaca buku.
Pada usia 12
tahun, anak-anak mulai mengasah kemampuan dan nalar berpikir mereka sehingga
mereka akan membentuk nilai dan norma sendiri yang didampaki oleh nilai dan
norma yang dianut oleh kelompok pertemanannya. Sebelumnya, norma keluargalah
yang banyak berdampak. Pada usia ini, sangatlah penting untuk menekankan konsep
kredibilitas. Anak-anak perlu memahami bahwa tidak semua yang dilihatnya di
Internet adalah benar dan bermanfaat, sebagaimana belum tentu apa yang
disarankan oleh teman-temannya memiliki nilai positif.
5. Usia 12 s/d
14 tahun
Inilah saat anak-anak mulai aktif menjalani kehidupan
sosialnya. Bagi yang menggunakan Internet, kebanyakan dari mereka akan tertarik
dengan online chat. Tekankan kembali pada kesepatakan dasar tentang penggunaan
Internet di rumah, yaitu tidak memberikan data pribadi apapun, bertukar foto
atau melakukan pertemuan face-to-face dengan seseorang yang baru dikenal
melalui Internet, tanpa seijin orangtua. Pada usia ini anak-anak harus sudah
memahami bahwa faktanya orang-orang di Internet bisa jadi tidaklah seperti yang
dibayangkan atau digambarkan. Usia ini juga saatnya anak-anak mulai tertarik
dengan hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Dalam masa ini, orang tua
harus waspada terhadap apa yang dilakukan anaknya. Orang tua tidak harus berada
di ruangan yang sama dengan sang anak ketika anak tersebut tengah menggunakan
Internet. Masa ini merupakan masa yang tepat bagi kebanyakan orang tua untuk
bercerita dan berbagi informasi tentang hal-hal seksual kepada anaknya. Tetapi
di sisi lain, pemasangan software filter secara diam-diam ataupun tanpa
persetujuan sang anak, bisa berdampak pada timbulnya resistansi sang anak
kepada orang tua.
6. Usia 14 s/d
17 tahun
Masa ini
adalah masa yang paling menarik dan menantang dalam kehidupan seorang anak
remaja dan orangtua. Seorang remaja akan mulai matang secara fisik, emosi dan
intelektual. Mereka haus akan pengalaman yang terbebas dari orangtua.
Ikatan-ikatan dengan keluarga tidak terlalu diperketat lagi, tetapi tetap tidak
menghilangkan peranan pengawasan orangtua. Kehidupan remaja sangatlah rumit,
sehingga mereka membutuhkan kebebasan sekaligus arahan pada waktu yang
bersamaan. Remaja kerap melakukan hal-hal yang beresiko tinggi, bagi online
maupun offline. Tidak jarang remaja memutuskan untuk bertemu muka dengan
seseorang yang dikenalnya di Internet, tentu saja tanpa pengawasan orangtua.
Untuk itu perlu ditekankan benar-benar kepada remaja bahwa siapapun yang mereka
kenal di Internet belumlah tentu seperti apa yang mereka bayangkan dan bisa
jauh berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun terkadang sulit untuk
memberikan pemahaman kepada remaja, tidak jarang mereka memahami bahwa biar
bagaimanapun mereka membutuhkan perlindungan terhadap pihak-pihak yang dapat
mengeksploitasi mereka. Remaja haruslah diberikan pemahaman bahwa kontrol
berada di tangan mereka dengan cara waspada terhadap tanda-tanda keberadaan
pihak yang dapat merugikan mereka.
-
Dampak Positif dari Penggunaan Internet
Dunia internet semakin berarti bagi anak-anak.
Internet memungkinkan anak mengambil dan mengolah ilmu pengetahuan ataupun
informasi dari situs-situs yang dikunjunginya tanpa adanya batasan jarak dan
waktu. Di samping itu masih ada manfaat lain yang didapat dari internet,
diantaranya:
1. Surat
menyurat (e-mail), fasilitas ini sudah sering kali kita dengar karena dengan
fasilitas ini tidak hanya untuk saling mengirim pesan yang pnjang tapi juga
dapat digunakan untuk mengirim tugas dalam proses belajar,
2. Berbincang
(chatting), fasilitas ini memungkinkan seseorang untuk saling berkomunikasi
satu sama lainnya, dan bisa menambah teman dari berbagai belahan dunia,
3. Mengambil/mengirim
informasi (download/upload), berbagai informasi mengenai apapun dapt diperoleh
melalui internet, selain itu kita pun dapat turut andil dengan mengirimkan
(upload) informasi-informasi penting yang kita ketahui,
4. Menggunakan
teknologi "teleconference" (konferensi interaktif secara on line dari
jarak jauh), karena dapat menghemat waktu, tenaga pengajar, kapasitas ruang
belajar serta tidak mengenal letak geografis,
5. Mendapatkan
hiburan, tidak hanya bagi orang dewasa, namun siswa sekolah dasarpun telah
mengenal dan memanfaatkannya meski seringkali hanya untuk mendapatkan
kesenangan,
6. Internet
juga dapat dimanfaatkan untuk memupuk semangat belajar secara mandiri pada
anak.
-
Dampak
Negatif Internet Penggunaan Internet
Internet tidak sepenuhnya berdampak baik bagi
pendidikan. Bahkan banyak sekali dampak negatif Internet terhadap dunia
pendidikan. Berikut adalah dampak-dampak negatif Internet bagi pendidikan
1.
Pornografi
Pornografi sering terjadi pada kalangan anak-anak dan
remaja. Kemungkinan sifat anak-anak dan remaja yang cukup lugu atau polos yang
belum begitu tahu mana yang benar dan salah menjadikan mereka sebagai target
dalam kejahatan ini. Disamping juga pelaku ingin merusak moralitas generasi
muda. Sangat memprihatinkan sekali karena pada usia ini, anak-anak dan remaja
sedang mengalami perkembangan pada bagian otak depan. Sedangkan otak depan
adalah pusat untuk melakukan perencanaan dan penilaian yang akan memerintahkan
tubuh melakukan sesuatu. Maraknya
kasus-kasus kejahatan seksual yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja seperti
seks bebas, hamil diluar nikah, aborsi, pelecehan, dan penyakit kelamin sudah
tidak asing lagi bagi telinga kita. Berbagai dampak buruk dari pornografi telah
merusak moral generasi penerus bangsa terutama pelajar.
2.
Plagiarisme
Internet juga semakin mempermudah terjadinya
pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena makin mudahnya
mengakses data menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan
kecurangan. Tindakan ini sangat meresahkan penulis dan pengarang Indonesia.
Seseorang yang menjiplak tanpa mencantumkan sumber
adalah seorang plagiat dan tindakan ini disebut plagiarisme. Malas untuk
menulis (berkarya) tetapi ingin dianggap ahli dan pintar dalam menulis
(berkarya) merupakan alasan umum ketika seseorang menjiplak hak cipta/karya
seseorang. Sangat disayangkan sekali ketika plagiarisme ini merajalela,
kreatifitas anak bangsa secara tidak langsung tapi pasti akan menurun,
rendahnya rasa kepercayaan terhadap seseorang dan munculnya rasa malas pada
setiap orang.
3.
Perilaku sosial menyimpang
Penyimpangan perilaku sosial ini antara lain kurang
atau tidak mau bergaul dengan teman-teman sebayanya. Pelajar cenderung
mengurung diri dan asik menikmati dunia maya tanpa menghiraukan apa yang telah
terjadi di sekitarnya. Jika situs yang dibuka positif tidak begitu masalah.
Biasanya pelajar akan menceritakan petualangannya di dunia maya karena
mendapatkan ilmu baru. Akan tetapi jika situs yang dibuka adalah situs
pornografi, maka ia akan sembunyi-sembunyi mengatakannya. Hanya kepada teman
tertentu saja yang diceritakan supaya tidak ketahuan. Perilaku sosial
menyimpang yang lain adalah ia akan cemas, khawatir dan merasa tidak percaya
diri (PD) jika tidak membawa ponselnya. Blackberry Messenger (BBM) atau situs
facebook yang selalu menemani membuat anak tidak bisa berkomunikasi dengan
teman-temannya. Ia hanya tahu dunianya sendiri.
4.
Prestasi sekolah menurun
Biasanya pelajar yang kecanduan internet secara
berlebihan akan mengganggu aktifitas belajarnya. Waktu yang seharusnya
digunakan untuk belajar digunakan untuk internet. Sebelum ia
mengenal internet ia rajin belajar. Siswa lebih suka duduk berlama-lama di
depan layar komputer demi menjelajah dunia maya dibanding membaca buku. Jam belajar
menjadi berkurang dan prestasi siswa menurun, Pekerjaan Rumah (PR), tugas
sekolah, dan lain-lain dikerjakan dengan penuh tanggung jawab, namun setelah ia
kecanduan internet maka hal itu dilakukan ala kadarnya. Tugas dan PR sering
menyontek teman-temannya. Ulangan nilainya jelek karena tidak pernah belajar.
Akibat fatal ia tidak naik kelas dan bahkan tidak lulus.
Referensi :
Nurmandia
Heny, Denok Wigati, dan Luluk Masluchah(2013) “hubungan antara kemampuan
sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial: jurnal penelitian psikologi,” Vol.
04, No. 02, 107-119
Indra A, Noor. Pemanfaatan
Internet Sehat Sebagai Sumber Belajar pada Program Pendidikan Kesetaraan di
Sanggar Kegiatan Belajar Kota Semarang. Balitbang SDM Kominfo
Djamaludin,
Ancok.2008. Psikologi
dan Tantangan Millenium ke Tiga.Psikologi
dan Tantangan Millenium ke Tiga: Dampak Teknologi Internet Pada Kehidupan
Manusia dan Pengelolaan Institusi Pendidikan Psikologi.
Riska, Harihanto dan
Agustina Nurmanina. (2013). Studi tentang penggunaan internet oleh pelajar. eJournal
Sosiatri-Sosiologi, 1, (4), 37-49.
Sanditaria, Winsen. Adiksi
Bermain Game Online pada Anak Usia Sekolah di Warung Internet Penyedia Game
Online Jatinangor Sumedang. Bandung:Universitas Padjajaran
0 komentar:
Posting Komentar