INTERNET ADDICTION (Kecanduan Internet)
Perkembangan teknologi
yang sangat pesat semakin memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Salah satu teknologi yang berkembang pesat saat ini adalah
internet. Internet digunakan sebagai media bagi siapapun,
kapanpun dan dimanapun untuk memperoleh atau
mengakses informasi apapun dengan mudah dan cepat. Hanya dengan
mengetikkan kata kunci di form yang disediakan, pengguna internet dapat
menemukan banyak sekali alternatif dan pilihan informasi yang diperlukan.
Internet tidak hanya memberikan
keuntungan, tetapi juga bisa memberikan kerugian bagi penggunanya apabila tidak
digunakan secara bijak. Salah satu permasalahan dari penggunaan internet yang
menjadi sorotan para ahli psikologi adalah mengenai internet addiction
(kecanduan internet). Sebagai sebuah topik kajian yang relatif baru, istilah internet
addiction memperoleh tanggapan yang serius serius dari kalangan akademik
setelah istilah tersebut dimunculkan oleh Kimberly Young pada tahun 1996
(Young, 1999).
1. Pengertian
- Internet
adalah Interconnection network (internet) adalah sistem global dari seluruh
jaringan komputer yang saling terhubung. Internet berasal dari bahasa latin
“inter” yang berarti “antara”. Internet merupakan jaringan yang terdiri dari
milyaran komputer yang ada di seluruh dunia. Internet melibatkan berbagai jenis
komputer serta topology jaringan yang berbeda.
- Berasal
dari bahasa inggris yang artinya kecanduan, ketagihan. Addiction merupakan
suatu hubungan emosional dengan suatu objek atau kejadian, dimana individu yang
mengalaminya mencoba untuk menemukan kebutuhannnya terhadap intimasi. Addiction (pada tingkat yang paling dasar)
adalah sebuah usaha untuk mengontrol dan memenuhi keinginan untuk mendapatkan
kebahagiaan (Ivan, 2007).
Jadi dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa internet addiction adalah penggunaan
internet yang bersifat secara patologis, yang ditandai dengan individu yang
tidak mampu mengontrol pemakaian internet atau dengan kata lain penggunaan
internet secara berlebihan tanpa memikirkan waktu.
2. Jenis-Jenis Internet Addiction
Beberapa
bentuk Kecanduan atau adiksi terhadap internet terlihat
dari intensi waktu yang digunakan seseorang untuk terpaku berjam-jam bahkan ada
yang sampai berhari-hari di depan komputer atau segala macam alat elektronik
yang memiliki koneksi internet, banyaknya waktu yang mereka gunakan
untuk online membuat mereka tidak peduli dan lupa dengan aktivitas lainnya dan
kehidupan sekitar mereka.
Berikut ini adalah sub-sub tipe dari internet
addiction menurut Kimberly S. Young, et. al. (2006):
a.
Cybersexual Addiction,
Termasuk ke
dalam cybersexual addiction antara lain adalah individu yang secara kompulsif
mengunjungi website-website khusus orang dewasa, melihat hal-hal yang berkaitan
dengan seksualitas yang tersaji secara eksplisit, dan terlibat dalam
pengunduhan dan distribusi gambar-gambar dan file-file khusus orang dewasa.
b.
Cyber-Relationship Addiction
Cyber-relationship
addiction mengacu pada individu yang senang mencari teman atau relasi secara
online. Individu tersebut menjadi kecanduan untuk ikut dalam layanan chat room
dan seringkali menjadi terlalu-terlibat dalam hubungan pertemanan online atau
terikat dalam perselingkuhan virtual.
c. Net
compulsions
Yang
termasuk dalam sub tipe net compulsions misalnya perjudian online,belanja
online, dan perdagangan online.
d.
Information Overload
Information
overload mengacu pada web surfing yang bersifat kompulsif.
e. Computer
Addiction
Salah satu
bentuk dari computer addiction adalah bermain game komputer yang bersifat
obsesif.
3. Fenomena Internet Addiction
Kecanduan Game Online, Anak Bisa
Kriminal
TEMPO.CO, Surakarta – Yayasan Sahabat
Kapas menilai kecanduan anak-anak pada game
online sudah seperti kecanduan seseorang kepada narkotik.
Sebab, ketika ingin bermain dan tidak punya uang, anak akan melakukan segala cara,
termasuk berbuat kriminal. Koordinator Yayasan Sahabat Kapas, Dian Sasmita,
mengatakan, dalam enam bulan terakhir, di Surakarta ada tujuh anak yang
melakukan pencurian demi bisa bermain game
online. “Sebagian di antaranya saat ini kami dampingi,” katanya di
sela aksi menyambut Hari Anak Nasional, Minggu, 1 Juli 2012. Aktivitas di depan
layar komputer untuk bermain game
onlinepunya dampak buruk untuk anak-anak. Antara lain, anak-anak
jadi terisolasi dari lingkungan dan pergaulan nyata karena terlalu asyik dengan
dunia maya yang sedang dihadapi. Bahkan mereka bisa terbawa untuk berperilaku
agresif, meniru apa yang dilihat di permainan, misalnya untuk permainan yang
berkaitan dengan peperangan. Nah, lantaran ingin meneruskan permainan padahal
tidak punya uang, anak bisa terdorong melakukan tindak kejahatan seperti
mencuri. “Belum lagi jika bicara nilai pelajaran di sekolah bisa menurun karena
konsentrasi belajar juga turun,” kata Dian. Dian mengakui penggunaan Internet
memang tidak sepenuhnya punya dampak buruk. Itulah perlunya peran orang tua
mengawasi kegiatan anak di depan komputer. “Dampingi anak-anak saat mengakses
Internet. Selain itu, beri batasan waktu,” kata Dian. Solusi mengatasi
kecanduan game online,
dia menyarankan orang tua agar memberikan alternatif kegiatan. Anak usia 7-18
tahun semestinya bisa melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat daripada sekadar
menghabiskan waktu bermaingame
online. Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Juliani
Prasetyaningrum, mengatakan game
online menjadi pelarian bagi anak-anak yang merasa tidak
nyaman di rumah. “Mungkin di rumah tertekan dengan tuntutan prestasi yang
diminta orang tua atau memang tidak betah di rumah karena ada masalah di
keluarga,” katanya.
Karena itu, anak-anak lantas memilih bergabung dengan kelompoknya, seperti komunitas penggemar game online. Tindakan kejahatan demi menyalurkan hobinya bermain game online tidak terlepas dari pengaruh dalam komunitasnya tersebut. “Kalau kelompoknya itu melakukan kejahatan, maka bisa ikut-ikutan,” katanya.
Juliani menyarankan orang tua untuk secara intens menjalin komunikasi dengan anaknya. Kemudian mengubah cara berkomunikasi, dari semula selalu menuntut, beralih menjadi pendamping dan teman bagi si anak. “Kuncinya di orang tua dan keluarga, yang memang sering berinteraksi dengan anak-anak,” ujarnya.
Karena itu, anak-anak lantas memilih bergabung dengan kelompoknya, seperti komunitas penggemar game online. Tindakan kejahatan demi menyalurkan hobinya bermain game online tidak terlepas dari pengaruh dalam komunitasnya tersebut. “Kalau kelompoknya itu melakukan kejahatan, maka bisa ikut-ikutan,” katanya.
Juliani menyarankan orang tua untuk secara intens menjalin komunikasi dengan anaknya. Kemudian mengubah cara berkomunikasi, dari semula selalu menuntut, beralih menjadi pendamping dan teman bagi si anak. “Kuncinya di orang tua dan keluarga, yang memang sering berinteraksi dengan anak-anak,” ujarnya.
Referensi :
Soetjipto, Helly P. (2005). Pengujian Validitas Konstruk Kriteria
KecanduanInternet. Jurnal Psikologi Volume 32, No.2 74-91.
Yogyakarta : UnitPublikasi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Nurmandia
Heny, Denok Wigati, dan Luluk Masluchah(2013) “hubungan antara kemampuan sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial:
jurnal penelitian psikologi,” Vol. 04, No. 02, 107-119
Hasibuan, Adlin. 2014. Sistem
Pakar Diagnosa Kecanduan Menggunakan Internet (Internet Addiction) Menggunakan
Metode Certainty Factor. Pelita Informatika Budi Dharma. Volume 6
nomor 3. Hal 143-147
KOC, Mustafa. 2011. Internet Addiction and Psychopatology. TOJET. Volume 10 issue 1. Page 143-148
Widiana, H.S., Retnowati, S., Hidyat,
R., Kontrol Diri dan Kecenderungan Kecanduan Internet. Indonesian
Psychologycal Journal Vol.1 No. 1. Hal 6-16
0 komentar:
Posting Komentar