Review Jurnal Psikoterapi Via Internet
Terapi-terapi
yang tersedia
Karena gangguan kecanduan
Internet merupakan fenomena yang masih relatif baru, hanya ada sedikit
penelitian tentang efektivitas dari prosedur perawatan. Beberapa ahli
menyarankan penghentian total dari penggunaan Internet. Ahli lainnya mengatakan
bahwa adalah tidak realistis untuk menyarankan pada seseorang untuk berhenti
sama sekali menggunakan Internet.
Banyak dari prosedur perawatan
yang telah digunakan untuk menangani kecanduan Internet telah dikembangkan
berdasarkan program penanganan terhadap kecanduan lainnya dan kelompok
dukungan. Salah satu buku yang membahas tentang kecanduan secara umum adalah
karya Edward T. Welch.
Jika kecanduan Internet yang
diderita seseorang memiliki dimensi biologis, maka obat-obatan antidepressant
atau anti-kecemasan dapat menolong. Intervensi psikologis mungkin mencakup
perubahan lingkungan atau perubahan asosiasi yang telah dibuat oleh Internet,
atau mengurangi penguatan yang diterima akibat penggunaan Internet yang berlebihan.
Intervensi interpersonal mungkin terdiri dari pendekatan seperti pelatihan
ketrampilan sosial atau pendampingan (coaching) dalam
keahlian-keahlian komunikasi. Terapi keluarga dan pernikahan mungkin dapat
diterapkan jika pengguna beralih ke Internet sebagai pelarian terhadap
masalah-masalah dalam keluarganya.
Sebagai alternative dari
menyetop semua aktivitas yang berhubungan dengan Internet, Young (1999)
memberikan 7 teknik perawatan yang mungkin dilakukan:
a.Praktekkan kebalikannya (Practice the opposite)
b.Penghenti eksternal (External stoppers)
c.Tetapkan goal (Setting goals)
d.Kartu-kartu pengingat (Reminder cards)
e.Inventori personal (Personal inventory)
f.Dukungan sosial (Social support)
g.Terapi keluarga (Family therapy).
Kondisi kambuh (relapse) adalah lumrah untuk siapapun yang berhubungan
dengan kecanduan Internet. Mengakui dan mengantisipasi kambuh seringkali
merupakan bagian dari proses perawatan. Mengidentifikasi situasi-situasi yang
menyebabkan kecanduan Internet dan menemukan cara-cara untuk menghadapi
situasi-situasi ini dapat sangat mengurangi kemungkinan kambuh total.
Terapi
Kognitif Perilaku (CBT)
Terapi dapat memberikan Anda
dorongan yang kuat untuk mengontrol penggunaan Internet. Misalnya Terapi
Kognitif Perilaku (Cognitive Behavioral Therapy = CBT) memberikan langkah demi langkah untuk
menghentikan perilaku Internet kompulsif dan mengubah persepsi Anda mengenai
Internet, smartphone dan komputer. Terapi juga dapat menolong Anda untuk
mempelajari cara-cara yang lebih baik untuk mengatasi emosi-emosi tidak nyaman,
seperti kecemasan, stress, atau depresi.
Menurut literatur, Terapi
Kognitif Perilaku (CBT) telah menjadi metode yang berguna dan efektif untuk
menangani gangguan kompulsif seperti gangguan ledakan emosi, judi patologis,
trichotillomania. CBT juga efektif untuk menanggulangi kecanduan obat, gangguan
emosional dan gangguan makan.
CBT adalah perawatan yang sudah
lazim dan didasarkan pada premis bahwa pikiran mengendalikan perasaan. Pasien
diajar untuk memantau pikiran-pikiran mereka dan mengidentikasikan mana yang
memicu perasaan dan tindakan kecanduan, sementara mereka belajar ketrampilan
menanggulangi kecanduan tersebut serta cara-cara untuk mencegah kambuh
(relapse). CBT biasanya memerlukan 3 bulan perawatan atau sekitar 12 kali
pertemuan mingguan.
Referensi :
Wagner Birgit, Andrea B.
Horn, Maercker Andreas. Internet-based
versus face-to-face cognitive-behavioral intervention for depression: A
randomized controlled non-inferiority trial. Journal of Affective
Disorders, 2013; DOI: 10.1016/j.jad.2013.06.032
Ifdil (2013)
“KONSELING ONLINE SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PELAYANAN E-KONSELING : Jurnal
Konseling dan Pendidikan, “ Volume 1 nomor 1, 1 febuari 2013, hlm
15-21
Ardi Zadrian
(2013)“ Konseling Online : sebuah pendekatan teknologi dalam pelayanan
konseling : jurnal konseling dan pendidikan,” Volume 1 nomor 1, Febuari
2012, hlm 1-5
Sunarto M
(2010) "Konseling HIV online berbasis internet" hlm 1-12
Suciati
(2013).”Konseling Keluarga I-CACHO-E Untuk Mengurangi Kecanduan Game Online”. Jurnal Bimbingan Konseling Vol 2 No 2.
130-134.